Jumat, 18 April 2008

Penjagaan Di Ruang Kelas Diperketat

Tangerang, Jurnal Nasional
Tim pemantau independent Ujian Nasional (UN) 2008 Kabupaten Tangerang akan memperketat pengawasan ketat pada ruang kelas. Pasalnya, ruang kelas sangat terbuka terjadinya kecurangan dan kebocoran soal UN yang akan digelar pada 22-24 April 2008 tingkat SMA dan setingkatnya, dan SMP pada 5-8 Mei mendatang.
Dikatakan Ketua Tim Pemantau Independen Kabupaten Tangerang, Yusli Manaf, rentannya kecurangan di ruang kelas pada saat soal dibuka dan dikerjakan para siswa.
“Siapa tahu ada guru yang mengerjakan soal kemudian memberikan kunci jawaban kepada siswanya,” jelas Yusli di Tangerang, Jumat (18/4). Untuk mengantisipasi ini, pihaknya menginstruksikan kepada tim independent agar mengintip ke dalam kelas.
Disinyalir modus seperti ini, lanjut Yusli, telah terjadi pada pelaksanaan UN sebelumnya. Fatalnya, kunci jawaban yang diberikan guru kepada siswanya ternyata salah, sehingga menyebabkan siswa tidak lulus.
Sebagai langkah antisipasi, pihaknya menurunkan sebanyak 1.760 tim pengawas independent, yang akan memantau ke tiap sekolah se-Kabupaten Tangerang. Jumlah ini sesuai dengan sekolah yang ada.
“Untuk tingkat SMA, kami akan menerjunkan 760 petugas, sedangkan untuk SMP ada 1.000 petugas. Sesuai dengan jumlah sekolah yang ada,” bebernya.
Para petugas yang diangkat dari kalangan akadimisi, diantaranya dosen dan mahasiswa yang nantinya akan secara resmi dibekali surat tugas. Surat tugas resmi sekaligus mengantisipasi adanya pengawas gadungan.
Dan jika ditemukan pelanggaran dilapangan, maka para petugas ini diminta untuk membuat laporan tertulis yang akan diteruskan ke tim pemantau tingkat pemantau tingkat pusat.
“Tim pemantau tidak berhak memberi sanksi. Yang berhak memberi sanksi adalah dinas dan departemen pendidikan, tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat,” jelasnya.
Pelaksanaan UN tahun ini, tim pemantau memiliki wewenang penuh pengawasan, mulai tahapan percetakan sampai distribusi soal. Dicontohkan Yusli, jika tahun lalu tim pemantau hanya sebatas mengawasi percetakan, pada tahun ini, tim pemantau memiliki kewenangan untuk ikut menandatangani serah terima master cetakan lembar jawaban.
Ditempat terpisah, kalangan Dewan Perwakilan juga akan melakukan pemantauan langsung pada proses pendistribusian. “Pada H-2, dewan akan melakukan pemantauan distribusi soal dari pihak provinsi ke kabupaten di 15 sekolah secara acak,” tutur Ketua Komisi B, Togu Pardamean saat dihubungi.
Sementara itu, beberapa siswa mengaku cemas terkait meningkatnya standar kelulusan dan penambahan mata pelajaran yang diujikan. Seperti yang dicemaskan Yana, siswa SMA Yuppentek Cikokol Tangerang mengeluhkan nilai rata-rata minimal 5,25 dari rata-rata minimal sebelumnya 5,00.
“Sehingga jika ada pelajaran yang mendapat nilai hanya 4,00, maka saharus berjuang untuk mendapat nilai 6,00 pada mata pelajaran lain. Hal ini tentunya sangat berat,” keluh Yana.
Dirinya juga mengeluhkan, banyaknya mata pelajaran yang belum selesai target penbahasan, padahal UN sudah di depan mata. Apalagi untuk jenjang SMA/MA tahun ini ada ada 6 materi yang diujikan. Sehingga banyak guru yang memadatkan mata pelajaran untuk kejar target.
“Dengan waktu belajar sempit dan materi yang padat. Kita kesulitan mengikutinya,” keluh Yana, yang mengambil program IPA di sekolahnya.
Irfan Fikri

Tidak ada komentar: